Upacara melasti di BaliMelasti merupakan rangkaian dari hari raya Nyepi. Melasti sendiri berasal dari kata Mala dan Asti, mala artinya keletehan atau kekotoran sedangkan asti artinya membuang atau memusnahkan. Jadi melasti dapat diartikan sebagai upacara yang bertujuan untuk membersihkan segala kekotoran baik yang ada di bhuwana agung maupun bhuwana alit. Dalam lontar Sundarigama dan lontar Sang Hyang Aji Swamandala disebutkan tujuan dari melasti adalah untuk “Ngiring prewatek dewata”, membawa pratima dan seluruh simbul-simbul upacara seperti senjata Dewata Nawa Sanggah, dll. “Amet tirtha amerta ring telenging segara”, mengambil tirtha amerta di tengah samudra. “Angayutaken papa klesa”, menghanyutkan kotoran, penderitaan. Dan tirta amerta ini kemudia digunakan untuk menyucikan diri pribadi masing-masing.
Lukisan India menggambarkan Sagaramantana
Sumber : wikipedia
Mengambil tirta amerta di tengah samudra diambil dari kisah Samuderamantana atau pengadukan lautan susu, kisah ini banyak terdapat dalam kitab-kitab Purana dan Adiparwa, parwa pertama dari Mahabharata. Menceritakan tentang upaya para Sura (Dewa) dan Asura (Raksasa, Iblis) untuk memperoleh air suci tirta amerta yang dapat memberikan keabadian kekekalan bagi siapa saja yang meminumnya.
Dalam mengaduk lautan susu ini, para dewa dan asura menggunakan gunung Mandara Giri sebagai tongkatnya dan Naga Basuki (Wasuki) sebagai pengikatnya dan karena Samudra susu ini tidak memiliki dasar maka gunung mandara giri ini tenggelam jauh ke dasar lautan, untuk mengatasi hal ini maka Dewa Wisnu berubah wujud menjadi Kurma Awatara (Kura-Kura Besar) dan berenang kedasar Lautan lalu kemudian menopang gunung Mandara Giri agar tidak tenggelam. Dalam pengadukan lautan susu ini para Dewa memegang ekor Naga Basuki dan para Asura memegang bagian kepalanya. Saat Naga Basuki mulai ditarik maka gunung Mandara Giri mulai berguncang dengan sangat hebatnya dan tidak lama kemudian muncullah racun yang sangat berbahaya yang disebut dengan Halāhala atau Kālakūṭa, demikian berbahayanya sehingga dapat memusnahkan alam semesta dan proses pengadukan lautan susu pun tidak dapat dilanjutkan. melihat akan hal ini kemudian Dewa Siwa pergi untuk meminun racun yang keluar dari atas gunung Mandara Giri dan menyelamatkan jagat raya. Melihat suaminya meminum racun yang sangat berbahaya itu Dewi Parwati sebagai sakti beliau kemudian membantu menekan leher Dewa Siwa agar racun Halāhala itu tidak dapat masuk kedalam tubuh Dewa Siwa dan hanya berhenti di leher saja. Karena hal ini juga kemudian leher Dewa Siwa berubah menjadi biru sehingga Beliau disebut juga dengan Nilakanta (nila= biru, kantha=leher). Setelah racun Halāhala ini hilang maka prosesi pengadukan lautan susu ini bisa dilanjutkan kembali. Dan setelah itu kemudian muncul beberapa harta benda berharga mulai dari pohon parijata, bulan, bidadari, waruni (dewi pencipta minuman), Dewi Laksmi, Kamadhenu (sapi ajaib), Airawarta, Uchhaishrawas (kuda berkepala tujuh), Kaustubha, Busur yang sangat kuat, Dhanwantari (tabib para dewa) dengan membawa air keabadian Amerta.
Nah itu tadi adalah filosofi dari upacara Melasti yang dilakukan oleh umat Hindu di Indonesia sebagai salah satu rangkaian hari raya Nyepi yang diperingati setiap satu tahun sekali. Ditahun 1941 saka ini seluruh umat manusia di uji dengan datangnya virus penyakit yang menjadi pendemi karena telah menjangkit 159 Negara. Entah ini suatu yang kebetulan atau tidak tapi virus yang membuat seluruh makhluk gempar ini datang pada saat menjelang datangnya hari Raya Nyepi yang mana kita ketahui dari rentetan hari raya sendiri di saat tilem kesanga kita akan melakukan Melasti, Tawur Agung dan Tapa Bratha Penyepian, seperti yang kita tahu Melasti selain berupaya untuk mencari Tirta Amerta juga untuk menyucikan bhuwana dari kekotoran yang mana di simbolkan ketika prosesi pengadukan lautan susu diatas para Dewa dan Asura sempat dibuat tak berdaya karena munculnya racun Halāhala dan Dewa Siwa muncul untuk memusnahkan racun yang sangat berbahaya tersebut oleh karena itu penyakit yang sekarang sedang menyebar ke seluruh dunia dan telah memakan banyak korban jiwa ini dimomen yang sangat baik ini dalam upaya kita untuk mencari Tirta Amerta dan penyucian diri mari juga kita memuja dan memohon kepada Hyang Widhi yang manifestasinya sebagai Dewa Siwa agar mau untuk memusnahkan wabah penyakit yang disebabkan oleh virus Covid-19 ini dengan cara selalu melantunkan Maha Mrityunjaya Mantra disetiap Saddhana yang dilakukan.
ॐ त्र्यम्बकं यजामहे
सुगन्धिं पुष्टिवर्धनम् ।
उर्वारुकमिव बन्धनान्
मृत्योर्मुक्षीय मामृतात् ।।
OM Tryambakam Yajamahe
Sugandhim Pushtivardhanam
Urvaarukamiva Bandhanaan
Mrityormuksheeya Maamritaat.
Arti :
OM, Engkau yang Bermata Tiga, Kita bermeditasi kepada-Mu, Yang menembus dan memelihara semua seperti wewangian. Semoga kita dibebaskan dari kekuatan penyakit, perbudakan dan kematian demi keabadian.
Itu tadi sekilas tentang Melasti semoga artikel ini dapat bermanfaat dan menambah pemahaman kita dalam beragama dan semoga semua makhluk selalu dalam keadaan bahagia.
Sumber :
Maharta Nengah & Wayan Seruni. 2014. Pengembangan dan Pendalaman Agama Hindu. CV Seruni Bandar Lampung
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Samudramantana