Sunday, December 16, 2018

Pindah Agama Dalam Agama Hindu

Pandangan Hindu Mengenai Pindahan Agama Om Swastyastu Om Awignam Astu Nama Sidham Dewan juri yang saya hormati dan Hadirin yang berbahagia Puja pangastungkara patut kita haturkan kehadapan Ida Hyang Widhi Wasa yang mana atas Astungkerta waranugrahanyalah kita masih diberikan kesempatan untuk berkumpul disini dalam dalam keadaan sehat tanpa kekurangan sedikit apapun dan semoga karunia Brahman senyertai kita semua. Umat sedharma yang berbahagia pada kesempatan yang baik ini ijinkanlah saya untuk menyampaikan sebuah pesan Dharma. Namun sebelum saya menyampaikan pesan Dharma ijinkanlah saya untuk memperkenalkan diri saya terlebih dahulu, nama saya Budi Asmoro saya perwakilan dari Bandar Lampung. Umat sedharma yang saya banggakan pada kesempatan ini saya akan menyampaikan pesan Dharma yang berjudul Pandangan Hindu Mengenai Perpindahan Agama. Alasan saya memilih judul atau topik ini yaitu karena dilapangan kita temui banyak sekali umat kita yang tiba-tiba berganti keyakinan atau pindah ke agama lain dengan sangat mudah sekali tanpa memikirkan apa yang akan terjadi pada dirinya setelah iya meninggalkan agama yang adi luhur ini. Umat sedharma yang berbahagia, Mendengar kata pindah agama maka banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang kemudian muncul mulai dari penyebab perpindahan agama sampai dengan bagaimana cara untuk mengatasinya. Nah berkaitan dengan hal ini saya ingin bertanya kepada umat sedharma terlebih dahulu. Menurut umat sedharma apa sih penyebab umat kita dengan gampang berpindah keyakinan ? Benar sekali umat sedharma. Menurut data yang saya peroleh dan kenyatan yang terjadi di lapangan ada beberapa penyebab umat kita pindah agama yaitu : 1. Terlanjur jatuh cinta Sebagian besar umat kita akhirnya pindah agama karena alasan jatuh cinta pada orang yang kebetulan beragama non-Hindu. Untuk bisa berumahtangga dengan orang tercinta mereka rela pindah agama, sebab memang UU di Negara kita tidak melegalkan pernikahan beda agama ditambah lagi umat kita pada umumnya menganut prinsip “Anak Perempuan Memang Sudah Seharusnya Ikut Suami” termaksuk agamanya. Prinsip ini lah yang salah diartikan oleh orang-orang tua kita walaupun berpegangan dengan prinsip tadi namun kita juga harus melihat bibit, bobot, dan bebet dari calon pasangan anaknya begitu juga dengan agamanya. Setelah melihat bibit, bobot dan bebet serta agamanya yang sama dan masuk semua kriteria maka orang tua baru diperbolehkan memberikan restu. Karena jika tetep pada prinsip diawal tadi yaitu anak perempuan memang sudah seharusnya ikut suami tanpa melihat latar belakang agamanya maka selama 1-10 tahun kedepan kita tidak akan melihat lagi senyum manis generasi mudah Hindu. Umat sedharma yang berbahagia Kenapa saya berkata demikian karena seperti yang kita tahu orang-orang tua Non-Hindu mereka tidak menganut prinsip yang demikian. Bagi mereka, baik anak perempuan maupun laki-laki wajib berumahtangga dengan sesamanya. Dan ketika tidak sama, maka wajib bagi si anak untuk mengajak calon pasangannya pindah agama. Jika tidak, maka restu pun tidak akan diberikan dan rencana berumahtangga terpaksa urung dilakukan. Itu sebabnya mengapa nasip pria Hindu pun tidak jauh berbeda dengan perempuannya ketika berumah tangga beda agama, kebanyakan akhirnya terpaksa ikut agama sang istri dengan alasan demi cinta. Meskipun bapak ibunya mungkin “Nangis Darah” karena tidak setuju. 2. Capek miskin Terlanjur jatuh cinta dan berumahtangga bukan satu-satunya alasan yang membuat orang Hindu pindah agama. ada juga yang pindah agama karena sudah capek menjadi orang miskin, mereka ingin mengubah nasib dengan cara mudah untuk keluar dari lubang kemiskinan. Hanya karena harta atau bahkan jabatan mereka rela meningalkan agamanya. Lalu apakah hal seperti ini ada? Tentu ada!. Untuk orang yang memiliki tingkat sradha atau kepercayaan dan pengetahuan yang sedikit tentang agamanya maka mereka akan dengan mudah mengantikan agamanya atau bahkan mempertaruhkan leluhurnya hanya dengan jabatan atau harta semata. Karena seperti yang kita tahu ada beberapa agama yang memang dengan sengaja memberikan santunan dan harta benda kepada orang-orang yang memang mau masuk kedalam agamanya. Umat dharma yang saya banggakan Membahas akan hal ini saya menjadi teringat dengan teman saya. Dulu teman saya memiliki seorang pacar yang beragama non Hindu dan kebetulan orang tua dari pasangannya ini adalah seorang tokok agama disana. Karena orang tua dari pacarnya ini sudah sangat suka dengan teman saya pada suatu hari orang tua pacarnya ini berbicara kepada teman saya. Dia berkata “nak apa kamu serius dengan anak saya? Kalau kamu serius kamu harus ikut dengan anak saya”. Mendengar akan hal itu teman saya kemudian memberikan penjelasan mengenai ajaran Hindu dan peranan seorang laki-laki dalam keluarganya. Dan akhirnya orang tua pacarnya ini pun mau menerima penjelasannya. Namun pada lain waktu orang tua si gadis tiba-tiba menanyakan lagi keseriusan teman saya pada anaknya dan iya menawarkan tanah rumah berserta mobil kalau kamu mau ikut dengan saya. Namun dengan tegas teman saya ini mengatakan “Lebih Baik Saya Mati Pak Dari Pada Saya Harus Meninggalkan Agama Saya”. Jawaban dari teman saya ini kemudian membuat orang tua pacar teman saya kemudia putus asa dan kehabisan cara untuk membuat agar teman saya mau ikut dengannya. Umat sedharma yang berbahagia, Mendengar pernyataan dari teman saya tadi yang sangat tegas iya mengatakan kalau lebih baik mati dari pada harus meninggalkan agamanya saya jadi teringat akan sloka di dalam kitab suci Bhagavadgita III. 35 Sreyan sva dharmo vigunah para-dharmāt vanusthitāt Sva-dharme nidhanam śreyah para-dharmo bhayāvahah Artinya: Lebih baik mengerjakan kewajiban sendiri walaupun tiada sempurna dari pada dharmanya orang lain yang dilakukan dengan baik, lebih baik mati dalam tugas sendiri dari pada dalam tugas orang lain yang sangat berbahayah. Umat sedharma yang saya banggakan, Jika kita memiliki kepercayaan dan keyakinan yang kuat akan agama hindu dan ajaran yang adi luhur ini maka kita tidak akan mudah tergiur dengan iming-iming harta benda atau bahkan jabatan sekalipun. Seperti kutipan sloka tadi lebih kita mengerjakan kewajiban sendiri walaupun tidaklah sempurna dan lebih baik mati dalam tugas sendiri dari pada mati dalam tugas orang lain yang sangat berbahayah. 3. Prinsip Semua Agama Sama Sebelum saya menyampaikan tentang alasan ke-3 umat hindu untuk pindah agama saya ingin bertanya kepada umat sedharma terlebih dahulu. Apakah umat sedharma setuju kalau ada yang mengatakan semua agama sama?. Lalu kalau sama samanya dimana? Padahal kan sudah jelas-jelas kitab sucinya beda, ajarannya beda, dan cara berbaktinya pun berbeda lalu samanya dimana?. Jika kita mengambil salah satu contoh ajaran agama Hindu tujuan tertinggi dari umat Hindu yaitu Moksartham jagadhita ya ca iti dharma. Atau bersatu dengan Tuhan Yang Maha Esa itulah yang menjadi tujuan tertinggi dari agama Hindu sedangkan menurut keyakinan lain tidak demikian tujuan tertinggi mereka ada yang mengetakan Surga dan ada yang mengatakan tujuan tertingginya yaitu berada disisi-Nya. Hal ini sudah jelas-jelas berbeda dan jika ada umat kita yang pindah agama lalu mengatakan semua agama sama sebagai alasannya maka sudah dapat dipastikan iya tidak benar-benar memahami ajaran agaman Hindu. Umat sedharma yang berbahagia, Itulah tadi beberapa penyebab umat kita untuk pindah agama, lalu yang menjadi pertanyaan disini seperti apa sih pandangan Hindu mengenai perpindahan agama dan hukuman apa yang akan diterima jika kita pindah agama. Hukuman atau akibat bagi yang meninggalkan Hindu sesuai Sastra Weda antara lain : 1. Setelah ajal tiba Atmannya tidak akan pernah mencapai alam kebahagiaan dan kesempurnaan seperti yang di uraikan didalam kitab suci Bhagavadgita XVI. 23 yang artinya “Ia Yang Meninggalkan Ajaran-Ajaran Kitab Suci Veda Ada Dibawah Pengaruh Kama (Nafsu) Tidak Akan Mencapai Kesempurnaan, Kebahagiaan Dan Tujuan Tertinggi (Moksa)”. Sloka ini memberikan tuntunan agar kita jagan meninggalkan kitab suci Veda hanya karena menuruti nafsu (kama) maka tidak akan selamat 2. Setelah ajal tiba Atmannya akan tenggelam ke lembah Neraka Dalam Manawa Dharma Sastra VI. 35 yang artinya “Kalau Ia Telah Membayar 3 Macam Hutangnya (Kepada Brahman, Leluhur Dan Orang Tua) Hendaknya Ia Menunjukan Pikiran Untuk Mencapai Kebebasan Terakhir. Ia Yang Mengejar Kebebasan Terakhir Ini Tanpa Menyelesaikan Tiga Macam Hutangnya Akan Tenggelam Ke Bawah (Lembah Neraka)”. Umat sedharma yang berbahagia, Itulah tadi beberapa akibat yang akan kita terima jika kita pindah agama. Oleh karena itu marilah kita bersama-sama meningkatkan cara beragama kita untuk memperkecil seseorang pindah agama, banyak hal yang harus dibenahi oleh umat Hindu salah satunya yaitu tidak berhenti hanya kepada pelaksanaan Panca Yadnya (manusia, rsi, dewa, butha dan pitra) harus ditingkatkan lagi ke pelaksanaan menjalankan pengetahuan agama melalui Panca Maha Yadnya adalah sebagai berikut : 1. Jnana yadnya : belajar dan memberikan pengetahuan rohani kepada orang lain. Jika umat Hindu menjadi lebih arif dan bijaksana, maka pengetahuan umat harus ditingkatkan, Veda mengatakan jagan sesekali mengharap hal itu pada seseorang yang tidak memiliki ilmu pengetahuan suci. dalam sastra Hindu terdapat petikan kata mutiara yaitu:  Ilmu tanpa dharma berbahaya, harta tanpa dharma miskin, kedudukan tanpa dharma gelisah, manusia tanpa dharma hampa. 2. Yoga yadnya: yaitu dengan jalan melaksanakan Yoga, didalam Yoga terdapat pula anjuran-anjuran yang harus dilakukan dengan penuh disiplin sehingga umat dapat mengendalikan dirinya dari dampak pengeruh era moderen saat ini. Maka hal sederhana yang dapat kita lakukan:  Pertama, peka terhadap permasalahan umat, kedua hati nurani kita sesuai dengan ajaran suci Hindu ketiga, menyeleksi pergaulan. 3. Harta yadnya: yaitu dengan jalan ber-dana punia, di dalam sastra suci mengajurkan agar menyisihkan 5% dari penghasilan kita untuk di dana puniakan. 4. Kriya yadnya: yaitu melaksanakan pelayanan kepada umat dengan tulus ikhlas, seperti ngayah di pura, saling tolong-menolong dalam memajukan kehidupan dan dalam segala lining kehidupan. 5. Angga yadnya: yaitu dengan jalan pengorbanan dari anggota tubuh seperti donor darah yang termasuk yadnya tingkat tertinggi. Umat sedharma yang berbahagia Demikianlah pesan dharma yang dapat saya sampaikan, saya mohon maaf apabila ada kata-kata saya yang kurang berkenan ataupun menyinggung hati umat sedharma sekalian. Karena tidak ada gading yang tidak retak, tidak ada manusia yang sempurna karena kesempurnaan hanya milik Brahman, dan kekurangan milik saya. Kepada Brahman saya mohon ampun dan saya akhiri dengan asung Paramasantih. Om Santih, Santih, Santih Om.

No comments:

Post a Comment

Manusia Pertama Dalam Veda

MANUSIA PERTAMA DALAM VEDA Veda membantah teori klasik Darwin dimana teori itu menyebutkan manusia berasal dari kera. Nenek moyang manusia...